Pada
era-kolonialisme, asia menjadi salah satu bagian dari sasaran negara-negara
barat untuk memperluas wilayah dan pengaruhnya. Era ini memberikan pembelajaran
pada masyarakat jajahan di dunia ketiga bahwa setiap manusia memiliki
derajatnya masing-masing. Si kaya memiliki derajat yang lebih dari si miskin.
Si tuan adalah pemilik si budak. Orang-orang birokrat wajib dihormati oleh
rakyatnya. Era ini menunjukan bahwa manusia bukanlah manusia.
Namun seiring
dengan berkembangnya zaman, muncul berbagai pemikiran-pemikiran baru yang
memecahkan keadaan itu semua. Islamisme dan Marxisme meruntuhkan
pemikiran-pemikiran feodal ini dari masyarakat. Rasulullah mengajarkan kepada
umatnya bagaimana menjadi manusia yang dapat menghargai manusia lainnya.
Rasulullah berusaha membebaskan perbudakan dari kekangan kaum-kaum Quraisy.
Selain itu, Rasulullah juga memecahkan kebuntuan mengenai kebebasan beragama.
Piagam madinah mengajarkan kepada masa depan bahwa Rasulullah menghormati
keberagaman agama di Madinah. Rasulullah menjamin hak-hak umat non-muslim dalam
beribadah dan berpolitik di madinah. Begitu pula Marxisme, berawal dari
padangan Karl Marx terhadap penindasan kaum buruh. Marxisme memberikan gambaran
bahwa manusia pada zaman itu memiliki kelas-kelas yang berbeda. Pandangan
inilah yang menjadi awal pergerakan kaum buruh di Eropa. Berdasarkan
pandangan-pandangan ini negara-negara asia mulai melahirkan pemikir-pemikir
lokal yang menjadi sosok pergerakan di negaranya masing-masing.
Kekalahan Blok Timur dari Blok Barat, membuat dunia membentuk era kolonial yang bertransformasi
di dalam versi baru. Era-kolonial yang berpusat pada kekuatan militer berubah
nama menjadi Era-Kapitalis yang berpusat pada kekuatan finansial. Berbeda nama,
berbeda bentuk dan berbeda cara namun embrionya tetap sama. Fatamorgana
pengakuan hak-hak setiap manusia menjadi kekuatan yang menipu masyarakat modern
untuk menumpukan kekayaan pribadi. Kebebasan hak melupakan sisi kemanusia di dalam
diri manusia. Tanpa ada batasan, manusia berubah menjadi hewan pekerja yang
mengejar sisi-sisi duniawi walaupun harus menyengsarakan manusia lainnya.
Manusia kembali menjadi masyarakat kuno yang melupakan cara memanusiakan
dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment